OPTIMALISASI
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI SCRAMBLE
UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN
DAN MOTIVASI DALAM BELAJAR
KELAS
VIIIC SMP N 2 BANYUDONO
TAHUN AJARAN 2010/2011
PROPOSAL
Untuk memenuhi tugas akhir Bahasa
Indonesia
TAUFIK
FAJAR GUMILANG
A410100023
PENDIDIKAN
MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
DAFTAR
ISI
JUDUL....................................................................................................................
i
DAFTAR
ISI...........................................................................................................
ii
BAB
1 PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar
Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah..........................................................................
6
C. Tujuan
Umum................................................................................
6
D. Manfaat
Penelitian......................................................................... 6
BAB
2 KAJIAN TEORI...................................................................................8
A. Pembahasan
Teori..........................................................................
8
1. Keaktifan
Belajar Matematika................................................. 8
2.
Strategi Pembelajaran Scramble..............................................
11
3. Penerapan Strategi Scramble pada Pembelajaran Matematika Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel (SPLDV)..................................................................................
12
4. Materi Matematika Pokok Bahasa Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)...................................................................
12
B.
Hasil Penelitian yang Relevan.......................................................
13
C.
Kerangka
Berpikir.........................................................................
14
D.
Hipotesis Penelitian.......................................................................
14
BAB 3 METODE PENELITIAN.................................................................... 15
A.
Jenis Penelitian.............................................................................. 15
B.
Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ 16
C.
Subyek Penelitian...........................................................................17
D.
Rancangan Penelitian..................................................................... 17
E.
Metode Pengumpulan Data...........................................................
23
F.
Validitas Data................................................................................
24
G.
Teknik Analisis Data.....................................................................
26
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 27
LAMPIRAN....................................................................................................... 28
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Piagiet (2000:
1) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja
dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Rahardjito (2002: 11)
juga menyatakan proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses
komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui
saluran/media tertentu kepenerima pesan. Matematika sebagai salah satu mata
pelajaran dasar pada setiap jenjang pendidikan formal yang memegang peran
penting. Suparno (2009: 13) menyatakan peningkatan mutu pendidikan persekolahan
sangat ditentukan oleh kemampuan kepala sekolah dalam memperdayakan staff
pengajar dan anggota komunitasnya secara keseluruhan. Matematika merupakan alat
yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui
abstrak, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan
masalah. Hal ini secara esensial berkaitan dengan representasi hubungan di
dalam dunia dan memanipulasi mereka. Pentingnya matematika tidak terlepas dari
perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan. Oleh karena itu, pelajaran
matematika diberbagai jenjang pendidikan formal perlu mendapat perhatian yang
sungguh-sungguh terutama dalam menentukan strategi belajar mengajar.
Proses pembelajaran tersusun atas
sejumlah komponen atau unsur yang saling berkaitan satu sama lainnya. Peranan
guru dalam mengajar sangat penting. Interaksi antara guru dan peserta didik
pada saat proses belajar mengajar memegang peranan penting dalam mencapai
tujuan yang diinginkan. Guru dituntut mampu menciptakan situasi pembelajaran
yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan proses pembelajaran,
khususnya pembelajaran matematika. Syafarrudin (2002: 46) menyatakan keberadaan
manajemen mutu terpadu dalam pendidikan bukanlah suatu strategi manajemen yang
tiba-tiba muncul, tetapi telah dilatarbelakangi perkembangan scientific management, dan perkembangan
dunia industri di Jepang.
Matematika
merupakan ilmu yang bertujuan untuk mendidik anak agar berfikir logis, krisis,
sistematis, memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan permasalahan
baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga matematika perlu dipelajari. Namun kenyataan di lapangan, pembelajaran
matematika belum sesuai dengan yang diharapkan. Banyak faktor yang
melatarbelakangi hal tersebut, diantaranya kurangnya keaktifan siswa dalam
pembelajaran matematika serta penggunaan metode dalam pembelajaran.
Kegiatan
pembelajaran harus dapat memberikan dan mendorong seluas-luasnya keaktifan
ketidaktepatan pemilihan pendekatan atau strategi pembelajaran sangat
memungkinkan keaktifan siswa menjadi tidak tumbuh subur, bahkan menjadi justru
kehilangan keaktifannya.
Keaktifan siswa
dalam mengikuti pembelajaran matematika di kelas masih rendah. Keaktifan siswa
merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. Minat
merupakan faktor utama untuk menentukan derajat keaktifan belajar siswa. “no learning takes place with out attention”,
yang maksutnya bahwa suatu pelajaran tidak akan berlangsung tanpa adanya
perhatian dari siswa. Proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang
melibatkan berbagai aktivitas para siswa. Untuk itu guru harus berupaya untuk
mengaktifkan kegiatan belajar mengajar tersebut”. Selanjutnya tingkat keaktifan
belajar siswa dalam suatu proses pembelajaran juga merupakan tolak ukur dari
kualitas pembelajaran itu sendiri. Keberhasilan
seorang pengajar akan terjamin, jika pengajar itu dapat mengajak muridnya
mengerti suatu masalah melalui semua tahap proses belajar, karena dengan cara begitu
murid akan memahami hal yang diajarkan. Dengan begitu dalam proses pembeajaran
pengajar harus dapat menggunakan model-model dan pendekatan mengajar yang dapat
menjamin pembelajaran berhasil sesuai yang direncanakan.
Berdasarkan
hasil observasi pembelajaran matematika dikelas VIII C SMPN 2 Banyudono dengan
jumlah siswa 33 orang pada hari rabu, 6 april 2011 ditemukan 5 kesenjangan.
1. Siswa
jarang bertanya kepada guru mengenai materi pelajaran yang telah disampaikan
guru.
2. Siswa
enggan mengerjakan soal dipapan tulis. Siswa mau mengerjakan soal dipapan tulis
hanya ketika ditunjuk oleh guru.
3. Siswa
jarang mengemukakan ide atau gagasan.
4. Kerjasama
siswa dalam menyelesaikan soal latihan masih kurang.
5.
Sebagian siswa masih ada yang bersenda
gurau dan kurang memperhatikan penjelasan guru.
Kesenjangan yang ditemukan dikelas VIII C
disebabkan.
1. Siswa
malu untuk bertanya dan belum memahami materi yang diterangkan oleh guru.
2. Strategi
pembelajaran yang digunakan masih konvensional dan siswa merasa takut salah
untuk mengerjakan soal dipapan tulis.
3. Guru
jarang menggunakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa untuk
mengembangkan pola pikir dan mengemukakan ide.
4. Siswa
lebih senang mengerjakan soal secara individual.
5.
Strategi yang digunakan oleh guru
cenderung monoton dan kurang inovatif.
Untuk mengatasi kesenjangan yang
ditemukan dikelas VIII C, maka diperlukan strategi pembelajaran yang tepat, sehingga
siswa akan lebih aktif dan senang untuk belajar matematika. Strategi yang
digunakan untuk mengatasi kesenjangan yang ditemukan dikelas VIII C yaitu
strategi scramble. Strategi scramble digunakan untuk meningkatkan
keaktifan belajar matematika siswa.
Ada anggapan bahwa pelajaran lebih
berhasil dengan sistimalisasi pelajaran. Bahan yang harus dipelajari disusun
baik-baik, diberikan penjelasan yang cermat apa yang harus dilakukan anak-anak
dengan maksut agar mereka bekerja dengan lebih efektif. Buku-buku pelajaran
diberi pertanyaan-pertanyaan, ikhtisar-ikhtisar, tugas-tugas dengan tujuan itu.
Akan tetapi dengan sistematisasi itu
saja hasil belajar sering mengecewakan bila diukur menurut kriterium belajar
yang sesungguhnya.
Keaktifan siswa dalam belajar
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
Metode konvensional yang banyak dijumpai dalam pembelajaran mengakibatkan siswa
pasif karena sebagian besar proses pembelajaran didominasi oleh guru, siswa
hanya mendengarkan dan mencatat yang pokok dari penyampaian guru sehingga keaktifan
siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar hampir tidak ada.
Rendahnya keaktifan siswa juga
dialami oleh siswa kelas VIIIC di SMP N 2 Banyudono. Faktor yang menyebabkan
rendahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika di SMP N Banyudono adalah
guru matematika yang kurang menarik dalam memberikan materi sehingga membuat
siswa menjadi bosan dengan pelajaran matematika, kurang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpartisipasi aktif, menganggap matematika adalah suatu
yang sudah jadi, penyampaian materi cenderung monoton dan kurang bervariasi,
dan dominasi guru dalam proses pembelajaran masih tinggi pengaruh siswa lain
yang malas belajar. Akibatnya keaktifan belajar matematika kurang optimal serta
perilaku belajar yang lain seperti suasana kelas yang menyenangkan dalam
pembelajaran matematika hampir tidak tampak.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran
matematika diperlukan agar siswa dapat menguasai materi serta memperoleh
prestasi belajar yang tinggi. Matematika tidak dapat dikuasai hanya dengan
mendengarkan dan mencatat materi saja. Namun, diperlukan latihan yang banyak,
mau bertanya untuk memahami materi, aktif mengerjakan PR, saling bekerja sama
untuk menyelesaikan soal latihan.
Strategi pembelajaran scramble adalah suatu strategi dengan
menggunakan penekanan latihan soal yang dikerjakan secara berkelompok. Dalam
strategi pembelajaran ini perlu adanya kerjasama antara anggota kelompok untuk
saling membantu teman sekelompoknya, sehingga dapat berfikir kritis, siswa
dilatih untuk mengemukakan ide kepada teman se kelompok. Strategi ini
dilaksanakan dengan membagikan kartu soal dan kartu jawaban yang disertai
dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban
dan cara penyelesaian dari soal yang ada, sehingga siswa dituntut lebih aktif
secara langsung dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa yang belajar
tidak hanya mendengarkan guru menerangkan saja. Namun, diperlukan keaktifan
siswa didalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, proses pembelajaran
disekolah dengan menerapkan strategi pembelajaran scramble dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran
matematika.
Pembelajaran dengan problem
(masalah) terbuka ini dapat melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide,
kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi interaksi, sharing,
keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan
metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban
siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai
jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan
proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterbukaan, dan ragam
berpikir. Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik
(gunakan gambar, diagram, tabel), kembangkan permasalahan sesuai dengan
kemampuan berpikir siswa, kaitannya dengan materi selanjutnya, siapkan rencana
bimbingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri). Sintaknya adalah menyajikan
masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa,
bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.
Keberhasilan proses belajar
mengajar pada pembelajaran matematika dapat diukur dari keberhasilan siswa
mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Dalam proses pembelajaran, keaktifan
siswa terhadap pelajaran akan berdampak pada prestasi belajar siswa.
Berdasarkan permasalahan di atas,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Optimalisasi Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Scramble
untuk
Meningkatkan
Keaktifan
dan
Motivasi
dalam
Belajar
(Kelas VIIIC SMP N 2 Banyudono, Tahun Ajaran 2010/2011)”.
B.
Rumusan
Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan “Adakah peningkatan keaktifan belajar siswa setelah optimalisasi
pembelajaran matematika melalui strategi scramble?”
C.
Tujuan
Umum
Tujuan
penelitian secara umum ditujukan untuk mendeskripsikan peningkatan keaktifan
belajar matematika siswa setelah optimalisasi pembelajaran matematika melalui
strategi scramble.
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Manfaat Teoretis
Manfaat penelitian ini adalah
pengembangan ilmu terutama pada peningkatan kualitas pembelajaran matematika
melalui strategi scramble, memperkaya
strategi pembelajaran, dan sebagai bentuk inovasi pembelajaran menuju
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
2. Manfaat
Praktis
a. Bagi
Siswa
1) Siswa
berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar matematika dengan
menggunakan strategi pembelajaran scramble.
2) Siswa
memahami dan dapat menyelesaikan soal yang diberikan guru.
b. Bagi
Guru
1) Guru
mampu menerapkan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan.
2) Mengubah
model pembelajaran yang bersifat konvensional.
3) Guru
mampu memecahkan masalah yang dihadapi dan untuk meningkatkan kemampuan
reflektif.
c. Bagi
Sekolah
Manfaat
untuk sekolah adalah untuk perbaikan keseluruhan sistem pembelajaran,
peningkatan mutu sekolah khususnya pembelajaran matematika, mengembangkan
profesionalisme guru.
BAB
II
Kajian
Teori
A.
Pembahasan
Teori
1.
Keaktifan
Belajar Matematika
a. Hakikat
Matematika
Matematika adalah simbolis yang
fungsi praktisnya untuk mengekspresikan bab-bab kuantitatif dan keruangan,
sedang fungsi teoritis adalah untuk memudahkan berfikir. Penalaran induktif
yang didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai pada pikiran
tertentu. Selanjutnya dikemukakan apabila matematika dipandang sebagai struktur
dari hubungan-hubungan maka simbol-simbol formal diperlukan untuk membantu
memanipulasi aturan-aturan yang beroperasi didalam struktur-struktur. Soedjadi
berpendapat bahwa simbol-simbol didalam matematika umumnya masih kosong dari
arti, sehingga dapat diberi arti sesuai dengan lingkup fungsinya.
Soedjadi (Karmawati, 2008 : 1)
menngemukakan bahwa ada beberapa hakikat matematika berdasarkan sudut pandang
pembuatnya.
1)
Matematika adalah cabang ilmu
pengetahuan eksak dan terorganisasi secara sistematis.
2) Matematika
adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3) Matematika
adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.
4) Matematika
adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan
bentuk.
5) Matematika
adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
6)
Matematika adalah pengetahuan tentang
aturan-aturan yang ketat.
Berdasarkan beberapa pendapat
diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian matematika adalah bahasa
simbolis dan bahasa universal dengan ciri utamanya penalaran deduktif, tetapi
tidak merupakan cara bernalar induktif, sehingga memudahkan manusia untuk
berpikir.
b.
Hakikat Belajar
Sudjana (2005: 5) menyatakan bahwa
belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan diri
seseorang. Belajar hanya mungkin terjadi jika siswa aktif mengalami sendiri.
Belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat
mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan
mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan
mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Perubahan terjadi melalui
latihan atas pengalaman dalam periode waktu cukup panjang. Perubahan ini
disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian, biasanya
hanya berlangsung sementara.
Belajar dapat diartikan sebagai
suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Prinsip-prinsip belajar :
1)
Perhatian dan motivasi belajar
2) Keaktifan
belajar
3) Keterlibatan
dalam belajar
4) Pengulangan
belajar
5) Tantangan,
semangat
6)
Adanya perbedaan perilaku individu dalam
belajar.
Faktor-faktor kondisional yang
mempengaruhi belajar :
1)
Faktor kegiatan, pengguna, dan ulangan
2) Belajar
memerlukan latihan
3) Belajar
hendaknya dilakukan dalam suasana menyenangkan
4) Siswa
yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya
5) Faktor
asosiasi
6) Faktor
kesiapan belajar
7) Faktor
minat dan usaha
8) Faktor-faktor
sosiologis
9)
Faktor intelegensi
c.
Hakikat Keaktifan
Keaktifan
adalah kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau
kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. Keaktifan yang
dimaksutkan disini penekanannya adalah pada peserta didik (siswa), sebab dengan
adanya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi
belajar aktif.
Keaktifan
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan manakala.
1) Pembelajaran
yang dilakukan lebih berpusat pada peserta didik
2) Guru
berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar
3) Tujuan
kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal peserta didik (kompetensi
dasar)
4) Pengelolaan
kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreatifitas peserta didik,
meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencapai peserta didik yang kreatif
serta mampu menguasai konsep-konsep.
5)
Melakukan pengukuran secara kontinyu
dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.
Indikator yang digunakan sebagai
tolak ukur tercapainya keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
1)
Keberanian untuk mengajukan pertanyaan
2) Mengerjakan
soal latihan didepan kelas
3) Mengemukakan
ide
4) Menjawab
pertanyaan
5) Menyanggah
atau menyetujui ide teman
6) Perhatian
siswa terhadap penjelasan guru
7) Kerjasama
dalam kelompok
8) Saling
membantu dan menyelesaikan masalah
d. Konsep
Keaktifan Belajar Matematika
Keaktifan
belajar matematika yang dimaksud adalah kemampuan siswa untuk bekerjasama,
berdiskusi, menyampaikan materi kepada teman sebaya, bertanya, mejawab
pertanyaan, menanggapi, mengerjakan soal dan yang paling penting adalah
mengkomunikasikan jawaban kepada temannya pada waktu pembelajaran matematika.
2. Strategi Pembelajaran Scramble
a.
Hakikat Pembelajaran
Pasal
1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang
sisdiknas menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam konsep
tersebut mengandung 5 konsep, yakni interaksi, peserta didik, pendidik, sumber
belajar dan lingkungan belajar.
Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa
yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki
pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan.
b.
Konsep Strategi Scramble
Strategi diartikan sebagai suatu garis-garis besar
haluan untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Strategi mengajar adalah tindakan nyata dari guru atau praktek guru
melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu, yang dinilai lebih efektif dan
lebih efisien.
Scramble adalah
strategi pembelajaran yang membutuhkan kerjasama antar anggota kelompok dengan
membagi lembar kerja yang berisikan pertanyaan pada akhir pertemuan dan harus
dijawab oleh siswa.
Kelebihan dan kekurangan strategi Scramble :
1)
Kelebihan strategi Scramble
a) Memeudahkan
siswa mencari jawaban
b) Siswa
yang aktif dapat berfikir kritis dibandingkan siswa yang pasif dan mencari
penyelesaian soal
c) Mendorong
siswa untuk mengerjakan soal-soal
2) Kekurangan
strategi Scramble
Siswa
yang pasif kurang dapat berfikir kritis
3.
Penerapan
Strategi Scramble pada Pembelajaran
Matematika Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
Penerapan strategi scramble dalam pembelajaran matematika merupakan suatu penerapan
strategi pembelajaran matematika yang digunakan untuk mengoptimalkan kemampuan
siswa melalui diskusi kelompok, sehingga mengaktifkan siswa untuk aktif
bertanya, mengemukakan ide pada teman sekelompoknya atau kelompok lain.
4.
Materi
Matematika Pokok Bahasa Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
a. Persamaan
Linear Dua Variabel (PLDV)
Persamaan
Linear Dua Variabel (PLDV) adalah suatu persaman yang memiliki dua variabel
yang mana masing-masing variabel (pangkat) berpangkat satu.
b.
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
(SPLDV)
Pengertian
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) adalah sistem persamaan linear
yang memuat 2 variabel untuk mencari penyelesaian persekutuannya. Dua persamaan
linear dua variabel yang saling terkait dinamakan sistem persamaan linear dua
variabel atau secara singkat sistem persamaan linear (SPL).
Perbedaan antara persamaan linear
dua variabel dan sistem persamaan linear dua variabel
PLDV
|
SPLDV
|
Persamaan
yang mandiri (penyelesaian tidak terkait dengan PLDV yang lain)
|
Terdiri
dari dua persamaan linear dua variabel yang saling terkait
|
Penyelesaian
tak terhingga
|
Mempunyai
satu pasang nilai sebagai penyelesaian
|
c. Menentukan
Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua
variabel (SPLDV) dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan metode
substitusi, metode eliminasi, dan metode grafik.
1) Metode
substitusi
Substitusi artinya mengganti, yaitu menggantikan
variabel yang kita pilih misal pada persamaan dan disusun untuk mengganti
variabel sejenis pada persamaan kedua.
2) Metode
eliminasi
Metode penyamaan adalah metode penyamaan penyebut
dari kedua sistem.
3) Metode
grafik
Cara ini dilakukan dengan menggambar grafik
persamaan-persamaan, kemudian menentukan koordinat titik perpotongannya.
B.
Hasil
Penelitian yang Relevan
Dwi
kartika (2004: 22) menyimpulkan terdapat perbedaan prestasi belajar matematika
yang signifikasi antar siswa yang diajar dengan model pembelajaran Team
Assistend Individualization (TAI) dan model konvensional ditinjau dari
perbedaan keaktifan belajar siswa.
Strategi
Scramble sangat tepat untuk
membangkitkan keaktifan siswa dikelas. Strategi ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bekerjasama dalam kelompok, mengemukakan pendapat dalam
kelompok ahli, memberikan kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok.
Strategi ini menggunakan konsep kooperatif dalam menumbuhkan keaktifan siswa.
Melalui strategi ini mau tidak mau semua siswa ikut serta dalam pembelajaran
secara aktif. Strategi Scramble diharapkan
dapat meningkatkan keaktifan siswa.
C.
Kerangka
Berpikir
Prestasi
belajar merupakan tolak ukur dari tingkat kecerdasan seseorang maupun
masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang
diantaranya adalah strategi pembelajaran yang digunakan guru dan keaktifan
belajar siswa.
Keaktifan
siswa yang mudah dapat diengaruhi oleh penggunaan strategi pembelajaran yang
digunakan oleh guru. Peneliti menggunakan strategi pembelajaran Scramble untuk mengatasi kurangnya
keaktifan siswa. Stategi Scramble digunakan
untuk membangkitkan semangat siswa dalam belajar matematika, sehingga siswa
akan menjadi lebih aktif saat pembelajaran matematika.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian
kualitatif dengan desain penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan
kelas yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana
tindakan yang tepat untuk meningkatkan keaktifan siswa. Oleh karena itu,
penelitian ini difokuskan pada tindakan-tindakan sebagai usaha untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar matematika. Suroso (2009: 33-34) menyatakan
bentuk-bentuk PTK ada empat yaitu :
1. Guru
sebagai peneliti. Bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran dikelas, dimana
guru terlibat secara peneuh dalam perencanaan, aksi (tindakan), dan memecahkan
permasalahan pembelajaran sendiri.
2. Penelitian
kolaboratif. Bertujuan untuk meningkatkan praktik pembelajaran, dimana guru
melibatkan beberapa pihak, baik guru, kepala sekolah, maupun dosen secara
serempak.
3. Simultan
terintegrasi. Bertujuan memecahkan persoalan praktis dan menghasilkan
pengetahuan yang ilmiah dalam bidang pembelajaran di kelas. Guru dilibatkan
dalam PTK dalam hal aksi dan refleksi PTK di kelas.
4. Administrasi
sekolah eksperimental. Guru tidak dilibatkan dalam perencanaan, aksi dan
refleksi terhadap pembelajarannya sendiri di dalam kelas PTK. PTK ini lebih
menekankan dampak kebijakan dalam praktik.
Penelitian ini dilakukan secara
kolaboratif antara kepala sekolah, guru mata pelajaran dan peneliti. Pada awal
penelitian, pihak yang terlibat pada kegiatan ini mendiskusikan dan menentukan
tujuan penelitian, permasalahan, dan rencana tindakan.
Pengamatan selama tindakan
penelitian dilakukan oleh peneliti yang di bantu rekan sesama observer. Pengamatan
dilakukan berdasarkan pedoman observasi yang disiapkan. Kejadian-kejadian
penting selama proses tindakan berlangsung yang belum termuat dalam observasi
dibuat pada catatan lapangan.
Kegiatan refleksi dilakukan
peneliti bersama guru matematika. Kegiatan ini berdiskusi untuk memberi makna,
menerangkan , dan menyimpulkan hasil tindakan yang dilakukan. Berdasarkan
kesimpulan pada refleksi ini, suatu perencanaan untuk siklus berikutnya dibuat
atau tindakan penelitian dianggap cukup.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 2 Banyudono yang
beralamat dijalan Merdeka, Peni, banyudono, Boyolali. Status sekolah yaitu
sekolah negeri sebagai legitimasi kuat untuk sebuah institusi, dengan
akreditasi A. Sekolah ini mempunyai sarana dan prasarana yang cukup memadai.
2. Waktu
Penelitian
Berikut rincian
penelitian yang akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011.
Tabel 3.1 Rincian Waktu Penelitian
Kegiatan
Penelitian
|
Bulan
pelaksanaan tahun 2010/2011
|
|||||||||||||||||||
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Agustus
|
September
|
||||||||||||||||
1. Tahap
persiapan
a. Kajian
studi pustaka
b. Pembuatan
desain penelitian
c. Konsultasi
rancangan penelitian
d. Perumusan
rancangan penelitian
e. Ijin
penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2. Tahap
pelaksanaan
a. Perencanaan
tindakan
b. Dokumntasi
tindakan
c. Pengamatan
kelas
d. Refleksi
e. Analisis
dan Interpretasi data
f. Perencanaan
hasil kegiatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3. Tahap
pelaporan
a. Penyusunan
kerangka karangan
b. Penulisan
laporan
c. Revisi
dan editing laporan
d. Penggandaan
dan penjilidan
e. Penyerahan
laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
C.
Subyek
Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas VIIIC SMP N 2
Banyudono tahun ajaran 2010/2011 yang terdiri dari 33 orang siswa sebagai
subyek penelitian yang menerima tindakan. Dengan jumlah siswa laki-laki
sebanyak 18 orang dan jumlah siswa perempuan sebanyak 15 orang. Subyek yang
melaksanakan tindakan dalam penelitian ini adalah guru matematika kelas VIIIC
yang bekerjasama dengan peneliti dan rekan sesama peneliti sebagai observer.
Alasan untuk memilih kelas VIII SMP N 2 Banyudono
adalah karena dikelas tersebut memiliki peseta didik yang sopan, pintar, dan
disiplin. Karena beberapa pertimbangan tersebut, sehingga kelas itulah yang
menjadi obyek penelitian.
D.
Rancangan
Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
berbasis kelas kolaboratif. Kepala sekolah, guru matematika dan penelitian
dilibatkan sejak dialog awal sampai evaluasi. Guru matematika dan kepala
sekolah bersama peneliti senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal
melalui cara dan prosedur yang dinilai paling efektif. Peneliti senantiasa
berupaya memperoleh tindakan yang berulang-ulang dengan revisi untuk
meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran matematika.
Penelitian
ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar matematika
serta perolehan manfaat yang lebih baik.
Langkah-langkah
yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu:
1. Dialog
awal
Dialog awal dilakukan peneliti, guru matematika, dan
kepala sekolah SMP Negeri 2 Banyudono. Dialog awal ini bertujuan untuk
mendiskusikan mengenai maksud dan tujuan penelitian untuk memperoleh
kesepakatan dalam melakukan penelitian.
Dialog awal dilakukan peneliti, guru matematika dan
kepala sekolah pada hari sabtu, 9 Juni 2011 di ruang tamu. Dalam dialog awal
mendiskusikan mengenai masalah yang muncul dalam pembelajaran terutama yang
berkaitan dengan keaktifan siswa. Dari dialog tersebut, peneliti menyimpulkan
bahwa kurangnya keaktifan siswa selama pembelajaran dikarenakan (1) siswa malu
untk bertanya, (2) siswa takut salah ketika hendak menjawab suatu pertanyaan,
(3) keaktifan yang dilakukan oleh siswa lebih cenderung pada hal yang negatif
seperti berbicara dengan teman sebangku. Selain itu, dalam dialog awal juga
telah disepakati kelas yang akan dipakai untuk tindakan kelas yaitu kelas
VIIIC.
Dialog yang kedua dilakukan pada tanggal 11 Juni
membahas mengernai tanggal pelaksanaan penelitian. Penelitian disepakati dimulai
pada tanggal 30 Juni 2011. Dialog ini menyepakati penanganan masalah
peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui straegi Scramble.
2.
Perencanaan Tindakan Pembelajaran
Penyusunan rencana tindakan melibatkan guru matematika
sebagai mitra dalam penelitian, yaitu dengan memadukan hasil pengamatan serta
masukan tentang persepsi guru terhadap siswa selama proses berlangsung.
Langkah-langkah persiapan yang dilakukan untuk mengadakan tindakan terdiri
dari.
a. Mengidentifikasi
masalah dan penyebab-penyebabnya
Identifikasi masalah berdasarkan dialog awal antara
peneliti, kepala sekolah SMP N 2 Banyudono, dan guru matematika kelas VIII,
maka peneliti merumuskan permasalahan siswa terutama yang berhubungan dengan keaktifan
selama pembelajaran.
Permasalahan tersebut antara lain yaitu siswa malu
dan takut salah ketika hendak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru atau
saat maju ke depan kelas, siswa bersedia untuk aktif hanya jika ditunjuk oleh
guru, siswa enggan dan malas untuk mengerjakan soal latihan dan PR yang
diberikan guru.
b.
Identifikasi siswa
Identifikasi siswa bertujuan untuk mengetahui siswa
yang aktif atau siswa yang pasif dalam proses belajar mengajar melalui
rangkaian pengumpulan data.
Proses identifikasi dilakukan untuk menemukan
tingkat keaktifan siswa dalam belajar matematika melalui serangkaian kegiatan
pengumpulan data. Tindakan yang ditawarkan pada identifikasi siswa ini antara
lain:
1) Diskusi
dengan guru kelas VIII sebelum pelaksanaan tindakan kelas, yaitu pada hari
kamis tanggal 25 Juli 2011.
2) Mengacu
pada dokumen hasil test yang diberikan pada saat dilaksanakan tindakan
pembelajaran.
c. Perencanaan
solusi masalah
Solusi untuk mengatasi masalah peningkatan hasil
belajar matematika adalah dengan strategi Scramble.
1) Perencanaan
tindakan putaran I
Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah
peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika adalah menerapkan
strategi Scramble. Materi ajar yang
disampaikan adalah pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
Materi ajar yang diberikan oleh guru sesuai dengan
kompetensi dasar. Adapun materi yang dibahas pada putaran I adalah pengertian
PLDV dan SPLDV, penyelesaian PLDV akar (penyelesaian) atau bukan akar SPLDV,
dan perbedaan antara PLDV dan SLPDV.
Siswa dituntut aktif dalam proses belajar mengajar
serta mampu menguasai materi. Siswa memperhatikan materi yang disampaikan guru.
Guru membagi siswa dalam kelompok terdiri dari 2-3 siswa. Guru menerangkan cara
penggunaan kartu soal dan kartu jawaban. Siswa mengerjakan soal yang terdapat
pada kartu soal dan menuliskan uraian penyelesaian pada kartu jawaban. Siswa
dituntut untuk saling bekerjasama, mengutarakan ide kepada teman dalam
kelompoknya serta saling membantu jika ada siswa yang kurang paham. Guru
meminta siswa secara sukarela untuk menjawab soal dipapan tulis. Guru dan siswa
bersama-sama membahas hasil diskusi. Guru bersama siswa menyimpulkan materi
yang telah dipelajari.
2) Perencanaan
tindakan putaran II
Perencanaan tindakan kelas putara II yang berkaitan
dengan strategi pembelajaran Scramble dan
tindakan pembelajaran, berdasarkan perencanaan putaran I yang sudah terrevisi.
Materi pembelajaran yang akan disampaikan pada putaran II adalah menentukan
akar-akar SPLDV dengan menggunakan metode substitusi dan metode eliminasi.
Saat kegiatan pembelajaran berlangsung siswa
dituntut aktif dalam proses belajar mengajar serta mampu menguasai materi.
Siswa memperhatikan materi yang disampaikan guru. Guru membagi siswa dalam
kelompok yang terdiri dari 2-3 siswa. Guru menerangkan cara penggunaan kartu
soal dan kartu jawaban. Siswa mengerjakan soal yang terdapat pada kartu soal
dan menuliskan uraian penyelesaian pada kartu jawaban. Siswa dituntut untuk
saling kerjasama, mengutarakan ide kepada teman dalam kelompoknya serta saling
membantu jika ada siswa yang kurang paham. Guru meminta siswa secara sukarela
untuk menjawab soal di papan tulis. Guru dan siswa bersama-sama membahas hasil
diskusi. Guru memberikan PR. Dalam pembelajaran ini guru berperan membimbing
dan mengarahkan tindakan yang akan dilakukan siswa.
3) Perencanaan
tindakan putaran III
Perencanaan tindakan kelas pada putaran III
berkaitan dengan strategi pembelajaran Scramble
dan tindakan pembelajaran, serta media pembelajaran. Hal ini berdasarkan
perencanaan putaran II yang sudah terrevisi.
Materi pembelajaran yang akan disampaikan pada
putaran III adalah menentukan akar penyelesaian SPLDV dengan menggunakan metode
grafik.
Pembelajaran pada putaran III diawali dengan
membahas PR (pekerjaan rumah) dan sedikit mereview materi pada putaran II. Guru
melakukan hal yang sama seperti putaran I dan putaran II dengan materi yang
berbeda yang telah disiapkan dari rumah. Dalam pembelajaran ini guru berperan
membimbing dan mengarahkan tindakan yang akan dilakukan siswa.
3. Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan tindakan penelitian ini dilaksanakan
berdasarkan perencanaan. Namun, tindakan tidak mutlak dikendalikan oleh rencana
suatu tindakan, karena tindakan yang direncanakan kadang mengandung resiko
karena terjadi dalam suasana nyata. Oleh karenanya, rencana tindakan harus
bersifat sementara dan fleksibel serta siap dilakukan perubahan sesuai apa yang
terjadi dalam proses pelaksanaan dilapangan sesuai usaha menuju perbaikan.
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan selama dua minggu terbagi dalam tiga
putaran.
Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru matematika
yang akan diobservasi, karena guru sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar,
sehingga yang tampil sebagai faktor utama dalam implementasi tindakan adalah
guru tersebut. Sedangkan peneliti bertugas pada saat pelaksanaan tindakan.
4. Observasi
Observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan
kegiatan yang terjadi selama tindakan yang berlangsung. Observasi itu harus
bersifat terbuka pandangan dan pikirannya.
Saat observasi dilakukan observer mengamati proses
pembelajaran dan menyimpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada
proses pembelajaran tersebut baik yang terjadi pada guru, siswa maupun situasi
kelas. Observasi dilakukan untuk mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang
dilaksanakan oleh guru atau dikenakan terhadap siswa. Perlu diingat observer
hanya mencatat apa yang dilihat dan didengar bukan memberikan penilaian.
Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dengan dibekali
pedoman observasi dan catatan lapangan. Observasi yang dilakukan peneliti
dengan bekal pedoman observasi yaitu mencatat semua kegiatan guru dari
pendahuluan, pengembangan, penerapan, penutup, serta menuliskan keterangan
tambahan yang belum terjaring, seperti inisiatif dan reaksi baru dari guru
maupun siswa, situasi kelas dan kendala tindakan, serta memberikan kesimpulan
dan saran serta umum dari tindakan yang dilakukan. Waktu observasi berdasarkan
jadwal pelajaran matematika di kelas VIIIC SMP N 2 Banyudono.
5. Refleksi
Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji
apa yang telah dan belum terjadi, apa yang dihasilkan, kenapa hal tersebut
terjadi demikian, dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Apa yang telah
dihasilkan atau belum berhasil dituntaskan dengan tindakan perbaikan yang telah
dilakukan. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam
upaya mencapai tujuan penelitian tindakan kelas.
Kegiatan ini dapat dilakukan pada akhir pembelajaran
matematika atau dengan dialog atau diskusi secara informal yang dilakukan oleh
peneliti, guru matematika kelas VIIIC, dan kepala sekolah SMP N 2 Banyudono
untuk menelaah hasil tindakan yang telah dilakukan.
6. Evaluasi
Evaluasi belajar dan pembelajaran adalah proses
untuk menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan, dengan
melalui kegiatan penilaian atau pengukuran belajar dan pembelajaran. Evaluasi
hasil pengamatan dilakukan untuk mengkaji hasil perencanaan, observasi, dan
refleksi penelitian pada setiap pelaksanaan.
E.
Metode
Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan dengan:
1.
Metode Observasi
Observasi
atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakn pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi
dilaksanakan saat pembelajaran matematika dikelas VIIIC SMP N 2 Banyudono.
Observasi diarahkan pada tindakan guru/siswa dalam proses pembelajaran
matematika dengan strategi pembelajaran Scramble.
2. Metode
Dokumentasi
Menurut Goezt dan LeCompte (Wiraatmadja, 2008: 121)
memaparkan bahwa dokumen yang menyangkut para partisipan penelitian akan
menyediakan kerangka bagi data yang mendasar. Termasuk kedalamnya yaitu koleksi
dan analisis buku teks, kurikulum, dan pedoman pelaksanaannya, arsip penerimaan
murid baru, catatan rapat, catatan tentang siswa, rencana pelajaran dan catatan
guru, hasil karya siswa, koleksi arsip guru berupa buku harian, dan catatan
peristiwa penting.
3. Catatan
Lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal
yang terjadi di lapangan sesuai dengan permasalahan penelitian. Berbagai aspek
pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan interaksi
guru dengan siswa, iklim sekolah, leadership kepala sekolah, demikian pula
kegiatan lain dari penelitian ini seperti aspek oriental, perencanaan,
pelaksanaan, diskusi dan refleksi, semuanya dapat dibaca kembali dari catatan
lapangan.
F.
Validitas
Data
1. Definisi
Istilah
a. Keaktifan
belajar matematika
Keaktifan belajar matematika adalah kegiatan yang
dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran matematika sehingga akan
tercipta situasi belajar yang aktif. Aspek keaktifan yaitu menjawab pertanyaan
dari guru, mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, kerjasama kelompok
saat diskusi, dan mempresentasikan hasil diskusi.
b. Strategi
Pembelajaran Scramble
Scramble
adalah strategi pembelajaran yang membutuhkan kerjasama antara anggota kelompok
dengan membagi lembar kerja yang berisi pertanyaan pada akhir pertemuan dan
harus dijawab oleh siswa. Langkah-langkah strategi pembelajaran Scramble yaitu guru menyajikan materi
sesuai topik, guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 2-4 siswa, membagikan kartu soal dengan jawaban yang diacak susunannya dan
kartu jawaban kepada masing-masing kelompok, siswa melakukan diskusi kecil
dalam kelompoknya untuk mencari solusi dari soal yang diberikan, guru memimpin
diskusi besar untuk menganalisa dan mendengarkan pertanggungjawaban setiap
kelompok kecil terhadap hasil kerja masing-masing kelompok.
2. Pengembangan
Instrumen
Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti
dengan menjaga validas isi. Berdasarkan cara pelaksanaan dan tujuan, penelitian
ini menggunakan observasi. Dalam melakukan observasi menggunakan pedoman
observasi yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu observasi tindak mengajar yang
berkaitan dengan metode yang digunakan guru dalam mengajar, observasi tindak
belajar yang berkaitan dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika,
dan keterangan tambahan yang berkaitan dengan tindak mengajar maupun tindak
belajar yang belum terjaring tindak belajar yang belum tercapai.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian
adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam ataupun sosial
yang diamati. Dalam pengumpulan data digunakan beberapa instrumen antara lain
catatan lapangan, pedoman observasi, dan dokumentasi.
G.
Teknik
Analisis Data
Model ideal dari
pengumpulan data dan analisis adalah yang secara bergantian langsung sejak
awal.
Analisis data
dilakukan melalui 3 tahap, yaitu reduksi data, paparan data, penyimpulan hasil analisis.
1. Reduksi
data adalah proses penyederhanaan data yang dilakukan melalui seleksi,
pengelompokan, dan pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi
bermakna. Kegiatan ini dilakukan secara bertahap untuk memperoleh derajat
kepercayaan yang tinggi dalam rangka pemahaman terhadap sekumpulan informasi.
2. Pemaparan
data merupakan suatu upaya menampilkan data secara jelas dan mudah dipahami
dalam bentuk paparan naratif, grafik, atau perwujudan lainnya.
3. Penyimpulan
merupakan pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisasikan
dalam bentuk pernyataan atau kalimat yang singkat, padat, dan bermakna.
Penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap untuk memperoleh derajat
kepercayaan yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Rahardjito. 2002. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press
Suparno. 2009. Manajemen
dan Kepemimpinan Transformasional. Jakarta: Rineka Cipta
Sahertian, Piet A. 2000. Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Syafaruddin. 2002. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Sudjana. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Rahardjito. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar